HEART MASTERY FOR TEACHING

Heart Mastery for Teacher
Bersama ust. Zaenal Muttaqin di SMPN 2 Tanjung Raya
Kamis, 6 Maret 2020

Dunia guru adalah dunia yang istimewa, tidak semua orang mampu dan diberi kesempatan untuk berada di dalamnya. Ada orang-orang yang hebat dan telah mengantongi ijazah keguruan namun mereka masih antri di luar sana karena tidak mendapatkan akses masuk berkecimpung dalam proses kependidikan anak bangsa. Guru adalah orang yang beruntung, karena diberikan Allah kesempatan tidak hanya untuk mendapatkan nafkah namun juga dapat membentuk kepribadian banyak manusia sehingga peluang memperoleh pahala sangat besar. Menjadi guru adalah kesempatan bagus, tidak hanya mencari selamat di dunia namun juga di akhirat.
Namun mengapa banyak guru menjadi putus asa dalam proses pengabdiannya? Mengapa jika dulu banyak orang dari Malaysia dan Singapura sangat bangga mendapat kesempatan belajar di Indonesia namun sekarang ini yang terjadi adalah kebalikannya? Dan mengapa kata-kata guru sekarang ini tidak lagi didengarkan oleh para peserta didiknya? Padahal para guru telah mempersiapkan dirinya semaksimal mungkin dengan menguasai banyak teori-teori pembelajaran. Namun mengapa hal ini tidak begitu membuahkan hasil yang optimal? Bagaimana caranya mendapatkan hidayah dan pertolongan Allah SWT?
Dalam dunia guru dipelajari banyak hal antara lain adalah delivery mastery, yaitu bagaimana cara menyampaikan.  Itulah makanya ada jam pembuka, penutup, evaluasi yang dalam kependidikan dikenal juga dengan istilah enkoding dan dekoding.
Namun ada satu hal yang luput dipelajari yaitu Heart Mastery. Rasulullah tidak paham tentang istilah ini. Beliau tidak mempelajari teori pembuka, penutup, media pembelajaran dan sebagainya. Justru beliau adalah orang yang buta huruf. Tapi beliau memiliki keistimewaan sehingga pada zaman Rasulullah dikenal sebagai Ahsanul Qurun, sebaik-baiknya masa. Di masa Ahsanul Qurun Rasulullah dapat menelurkan sahabat-sahabat yang hebat. Harus diakui, ternyata Rasulullah mengajar menggunakan Heart Mastery.
Rasulullah adalah orang yang paling berpengaruh di dunia, berhasil mendudukkan sendi-sendi hukum, ekonomi, edukasi/pendidikan, sendi-sendi pemerintahan dan sebagainya. Dengan Heart Mastery Rasulullah mampu membawa suasana. Sebagai contoh ketika Rasulullah telah tersudutkan oleh ujung pedang seseorang yang ingin sekali membunuh beliau. Dengan Heart Mastery Rasulullah mampu mengobok-obok hati calon pembunuhnya, dapat memberikan rasa yang menghunjam ke dalam hati, menjawab  dengan mantap bahwa beliau belum akan mati bila Allah belum berkehendak. Sehingga orang tersebut justru gemetar dan menemukan cermin jernih untuk dirinya dalam dialog yang sangat singkat. Dalam sekejap, atas izin Allah SWT, musuh berbalik ingin menjadi seorang muslim.
Lalu bagaimana dengan seorang guru? Salah satu kitab hikmah mengatakan bahwa ungkapan yang terucap itu dibungkus oleh corak Qalbu. Berarti apa saja yang yang keluar dari lisan seorang guru, berasal dari hati. Jika hati itu baik maka baiklah semua. Jika fasad/rusak maka semuanya rusak, baik pandangan, pikiran dan ucapan sang guru juga akan rusak.
Guru adalah seorang manusia yang perlu memperbaiki diri. Dari mana perbaikan diri itu dapat diperoleh? Tentu saja dari hidayah Allah. Jika hidayah Allah telah didapat maka ilmu dan pertolongan   Allah senantiasa terkucur untuk sang guru. 
Namun mengapa pertolongan dan hidayah Allah tidak kunjung datang? Sebenarnya Allah telah bertubi-tubi memberikan kebaikan dan pertolongan, namun tidak masuk dalam diri sang guru. Ada hal yang menutupinya, laksana gelas yang akan diisi air oleh sebuah teko, namun air tak kunjung masuk ke dalamnya lantaran terhalangi oleh tutup gelas. Lalu tutup gelas itu apa jika dikembalikan dalam makna yang sebenarnya? ternyata, penutup hati itu adalah sesuatu yang bernama sifat sombong.
Dalam Islam, sombong ada 2 kategori. Yang pertama yaitu batharul Haq atau tidak menyukai kebenaran. Sehebat apapun, sesenior apapun dan sekaliber apapun jika tidak mau menerima kebenaran berarti telah termasuk sombong. 
Kategori kedua adalah ghomtunaas artinya meremehkan manusia. Sedikit saja merasa lebih berpengalaman, lebih senior, lebih baik   atau lebih paham dari orang lain maka itu juga telah termasuk kategori sombong. Rasulullah dalam hadistnya menyatakan bahwa tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebesar biji sawi dari kesombongan.
 Lalu bagaimana membuat sang guru dapat memperbaiki dirinya? Lalu mengapa Allah memilih dirinya masih ditakdirkan, diizinkan menjadi seorang guru? Padahal sangat banyak orang di luar sana yang mungkin lebih baik pengetahuannya, lebih muda, lebih mampu, lebih bisa bekerja dalam tim dan banyak kelebihan lain daripada dirinya. 
Percayalah, Allah masih mengizinkan dan masih memilih diri sang guru karena ada alasan tertentu. Antara lain adalah masih diizinkan bagi dirinya untuk menghapus dosa-dosanya, diizinkan untuk lebih bersyukur dan untuk lebih mengemis merayu Allah agar senantiasa mendapatkan perhatian dan pertolongan dari Allah. 
Lalu pertanyaannya, bagaimana cara menyingkirkan sifat sombong dan kemudian mendapatkan pertolongan dari Allah tersebut? tentu saja ada jalannya, yaitu dengan ikhlas.
Apa itu ikhlas, dan apa tandanya? Tanda ikhlas itu adalah jangan kecewa. Jika mengajar masih banyak kecewa, berarti ada masalah dengan keikhlasan. Untuk itu perlu belajar agar tidak mudah menjadi kecewa. Bukankah profesi guru adalah profesi yang mulia dengan kesempatan mendapatkan pahala lebih besar di depan mata? Bukankah dengan menjadi guru apapun kebaikan selama masih terus diterapkan maka pahalanya selalu mengalir tiada hentinya?
Kesempatan hidup hanya sekali. Banyak orang tua yang berhasil menjadikan anaknya menjadi anak-anak yang sukses di dunia namun gagal menjadikan mereka menjadi anak-anak shalih dan shalihah. Banyak orang tua yang sedih ketika menyadari anak-anak mereka tidak dapat diandalkan mendoakan, mengkafani, memandikan dan menshalatkan mereka ketika mereka berhadapan dengan kematian nanti.
Disanalah peranan guru. Sesungguhnya iman dan karakter baik lebih utama daripada ilmu dan kegeniusan. Guru memiliki banyak memiliki kesempatan untuk memperbaiki karakter anak bangsa. Menjadikan mereka sebagai generasi yang beriman, ikhlas dan selalu optimis menghadapi hidup dengan life skill yang dimiliki. Guru memiliki ladang pahala yang sangat luas. Guru ditakdirkan oleh Allah untuk memperjuangkan itu semua. 
Untuk itu guru senantiasa harus terus memperbaiki diri, belajar lebih ikhlas, menggali potensi lebih dalam lagi. Belajar berbicara dari hati yang paling dalam. Belajar terus membersihkan hati. Terpenting juga adalah belajar menguasai hati para peserta didiknya untuk kebaikan. Agar keselamatan di dunia dan akhirat sama-sama dapat diraih.
Insyaallah...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

3. Apa Aku Bermimpi? (3)

1. Babak Baru (3)

2. Apa Aku Bermimpi? (2)